Quantcast
Channel: Ayo Berkarya dan Berbagi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 468

Melayani Generasi Bangsa

$
0
0

Tak terasa 58 sertifikat magang telah saya keluarkan untuk siswa SMK dan mahasiswa dari beragam universitas dan sekolah tinggi di Indonesia.

Melayani generasi bangsa

Sertifikat itu alat untuk membuat dunia industri percaya akan kemampuan dan pengalaman mereka. Konon, sertifikat magang lebih ampuh daripada ijazah S1 mereka. Dunia industri lebih prioritaskan pengalaman drpd kelulusan. Itu opini saya dan beberapa teman sesama pengusaha lho.

Mungkin hal yg mendasari dunia industri menomor duakan ijazah karena beberapa ilmu di kampus gunakan literatur yg ketinggalan jaman. Validasinya adalah ketika mereka mulai magang. Ilmu yg dipelajari ternyata kurang mendukung dalam kegiatan industri. Kadangkala para siswa atau mahasiswa harus adaptasi dan mendapatkan ilmu/tools yg sesuai dgn dunia industri.

Kami di BOC Indonesia harus ajari mereka Cpanel, cara upload files dan database ke server online, berikan mereka resource programming agar tajam, ajari sistem POP3, IMAP dan SMTP. Kenalkan mereka ttg pentingnya inisiatif dan mindset kerja dalam team. Bahkan ajari mereka bikin FB page, Instagram Bisnis, Google+ dan Google Bisnis!

Saya pun banyak terima curhat ttg kesenjangan ilmu dan fasilitas kampus terhadap realita dunia industri. Mulai dari minim nya resources keilmuan sampai tabiat dosen dan kebijakan kampus.

Kampus punya beda-beda kebijakan ttg waktu magang. Ada yg berikan waktu 3 bulan (ini umum). Ada yg 6 bulan dan ada yg sampai 1 tahun. Ironis nya, ada yang cuma beri 1 bulan saja! Padahal kampus nya besar dan terkenal.

Ada pula oknum dosen yang baru masuk kelas dan bilang, “Oke, kalian (mahasiswa) pasti capek ya siang-siang gini, kalian isi absen dan habis itu kita pulang semua”. Alamaaaaak!

Sistem ekonomi dan pembangunan yg sentralistik, akibatkan kantong industri dan perekonomian terpusat di kota-kota besar. Mereka yg sarjana lebih tertarik hidup dan berkarya di kota. Tak heran jika mereka adu nasib di kota. Enggan pulang kampung memajukan desa nya. Biarkan kampung terisi oleh para orang tua.

Emangnya di desa bisa kerja apa? Itu alasan klasik bagi para sarjana. Semenjak fakultas berbasis Sumber Daya Alam tidak lagi menarik bagi generasi bangsa. [Bersambung]


Viewing all articles
Browse latest Browse all 468