Yth Bapak Presiden Joko Widodo. Saat ini bersama sahabat TDA Bali Yana Sandhi sedang menyeberang diatas Selat Lombok. Kita mau hadiri TDA Leadership Camp di Mataram yang diselenggarakan oleh TDA Wilayah Bali Nusa Tenggara.
Kami memilih menggunakan moda sepeda motor dan kapal laut dari pada naik pesawat. Kami tetap berangkat meskipun jajaran nya Bapak memberikan peringatan dini bahaya ombak tinggi yang melanda negeri ini. Sebenarnya kami mampu naik pesawat Pak namun sifat naluriah “ngeman” lebih menonjol selagi fasilitas lain masih ada yaitu kapal laut. Kami tidak ingin jadi warga negara yang tidak tahu terima kasih atas fasilitas negeri dan tidak ingin mudah menyerah hadapi kehidupan.
Setelah masuk kapal, kami membaur dengan warga negara Bapak yang semangatnya sama. Mereka pejuang kehidupan yang mempunyai asa setelah kapal itu bersandar di pelabuhan Lembar, Pulau Lombok.
Asa kami di dalam kapal pun tetap diperjuangkan dengan meninabobokan diri pada kursi-kursi yang seharusnya menjadi tempat duduk. Walaupun diawal masuk kapal sempat terdengar tawaran merdu dari kru kapal untuk gunakan tempat tidur. Tapi ternyata itu harus ditebus dengan “Cepek dulu dong!” Bayar lho Pak!



Saya sering bolak balik Bali – Lombok. Semua kapal laut bilang “Cepek dulu dong!” agar bisa gunakan tempat tidur. Tapi, warga negara Bapak selalu berpihak pada sifat naluriah “ngeman” dan tetap stay strong untuk mensyukuri segala keadaan hidup. Tetap pilih tidur di kursi-kursi itu Pak. Entah ini memang sudah jadi peraturan Bapak atau tidak, saya belum tahu.
Warga lain terdiam mungkin tidak bisa bersuara menulis ini kepada dunia. Ijinkanlah saya menyarankan Pak, sebaiknya kapal-kapal nusantara yang memakan waktu diatas 4 jam pelayaran itu semuanya gunakan tempat tidur saja. Bikin ruangan seperti aula yang berkarpet daripada kursi-kursi duduk yang pada akhirnya dibuat tidur.
Kursi-kursi itu berfungsi tiada pada tempat nya Pak. Warga pada tidur diatas nya, habiskan waktu penyeberangan walaupun sejatinya itu belum lah waktunya jam tidur. Saya menulis dan potret keadaan ini diatas selat Lombok pada pukul 21.00 WITA.
Oh ya, saya jadi ingat medio tahun 1999 ketika jadi mahasiswa Universitas Udayana yang harus penuhi undangan IMTPI di Universitas Hassanudin Makassar. Rombongan saya naik kapal Tidar dan pulang naik kapal Lambelu. Meski sudah beli tiket, tetap aja diatas dek harus bayar extra untuk dapat tempat tidur! Saya kok heran ya Pak?
Salam #ScaleUpSpirit