Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.
Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.
Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.
Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.
~ Kahlil Gibran
Puisi tersebut mengatakan secara implisit bahwa anak adalah titipan ILLAHI, anak mempunyai JIWA, PERSPEKTIF dan MASA DEPAN yang berbeda dari orang tuanya, sehingga ortu WAJIB MENJAGA titipan ILLAHI dan jangan memaksakan kehendak sendiri. Kewajiban ortu kepada Anak adalah memberinya CINTA yang tulus, menjaga dan berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat.
Ibu dan Bapak ku, maaf kan atas semua hal bilamana pemikiranku/kemauanku tidak sesuai dengan harapanmu. Aku tetaplah anakmu, darah dagingmu, engkau tetaplah Ibu Bapakku, walaupun kita beda pemikiran. Semua bermuara di 1 harapan: Doa agar semua dari kita selalu mendapatkan lindungan dari Tuhan YME, bahagia dunia dan masuk surga bersama. Itu saja harapanku/keinginanku/mauku. Semoga sama